RIWAYAT
NABI MUHAMMAD SAW
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Disaat ummat Islam dalam keadaan kegelapan dan telah kehilangan pegangan
hidupnya, lahirlah seorang anak laki-laki dari satu keluarga yang amat
sederhana di kota
Makkah, bayi itu kemudian diberinama Muhammad oleh kakeknya. Nabi Muhammad
dilahirkan dari seorang ibu bernama Aminah dan ayahnya bernama Abdullah yang
meninggal sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Kelahiran bayi itu disambut baik
dan penuh dengan gembira oleh ibunya dan kakeknya Abtul Muthalib yang saat itu sebagai kepala Bani Hasyim.
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad
SAW dilahirkan pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah yang
bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Kelahiran nabi Muhammad Saw ini
dinamakan Tahun Gajah, karena pada saat dia dilahirkan kota Makkah sebagai
tempat kelahirannya ketika itu akan diserang oleh sekelompok pasukan tentara
Nashrani yang di bawah pimpinan Abrahah seorang kepala Gubernur Abbessinia yang
memerintah di Yaman atau daerah Arab Selatan akan menghancurkan Ka’bah dengan
menggunakan sepasukan gajah. Maksud Abrahah menhancurkan Ka’bah ini tidak lain
adalah agar orang-orang Islam untuk tidak beribadah ke Ka’bah atau ke kota Mekkah sehingga
beralih ke Yaman yang telah disediakan tempat ibadahnya oleh Abrahah yaitu
sebuah Gereja atau arti yang lebih jauhnya agar Umat Islam beralih menjadi
penganut agama Nashrani ikut bersamanya.
Dengan kedatangan pasukan Abrahah ini, penduduk kota
Makkah menjadi kalut dan ketakutan sehingga banyak para penduduk kota itu yang mengungsi ke lereng-lereng bukit yang ada di
sekeliling kota
makkah, menghindar dari amukan pasukan. Namun berkat Iman yang kuat, hanyalah
Abdulah Muthalib yang tinggal bertahan di kota
itu. Disaat yang genting itu, Abdul Muthalin pergi menghampiri Ka’bah sambil
bersandar dipunti Ka’bah dan berdo’a kepada Allah SWT
“Ya Allah ! Pertahankanlah rumah Mu
inijanganlah mereka Abrahah dapat menghancurkan Ka’bah ini”.
Kemudian ketika Abdulah Muthalib hendak pergi mengungsi dilihatnya
untanya sudah di luar tapal batas Makkah. Karena memang unta tersebut telah di
bawa pasukan tentara Abrahah. Dengan perasaan yang teguh dan tidaklah rasa
takut sedikitpun Abdulah Muthalib datang menghampiri lasykar Abrahah, sehingga
Abrahah sendiri merasa tercengang melihat keberanian Abdul Muthalib itu. Tat
kala Abdul Muthalib sampai dihadapan Abrahah ia berkata agar untanya dapat
dikembalikan kepadanya. Akan tetapi Abrahah mencomoohkan permintaan Abdul
Muthalib dengan perkataannya : “Mengapa engkau sampai begitu sedih memikirkan
untamu itu ? dan tidaklah engkau tahu bahwa sebentar lagi Ka’bah akan kami
runtuhkan ?”.
Dengan lancing Abdul Muthalib menjawab : “Sayalah Tuan yang harus menjaga
unta ini, sedangkan mengenai Ka’bah yang tuan akan hancurkan itu kami tidak
khawatir sedikitpun sebab bukanlah kami yang menjaganya melainkan Allah sendiri
yang mempunyainya”.
1.
Namun sebelum lagi niat Abrahah itu tercapai, mereka
berama pasukannya tlah dihancurkan oleh Allah subhanaahu wata’ala dengan
mengirimkan pasukan burung ababil. Dengan demikian hancurlah pasukan Abrahah
itu dan Ka’bah pun selamat dari niat kedurjanaan orang kafir itu. Demikianlah
sebab kelahiran Nabi Muhammad SAW. Disebut Tahun Gajah. Dan dialah orang yang
akan mendobrak peradaban zaman Jahiliyah serta membawa ummatnya kedalam yang
Agamis.
KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW
Tat kala Nabi Muhammad SAW, lahir, ia tidak lagi mengenal ayahnya, karena
ketika itu ia baru berusia dua bulan di dalam kandungan ibunya. Ayahnya
Abdullah meninggalkannya (wafat). Oleh karena itulah sejak kecil Nabi Muhammad telah
menjadi anak yatim dan ia diasuh atau dipelihara oleh kakeknya yang bernama
Abdul Muthalib. Juga sudah menjadi kebiasaan bangsawan Arab saat itu, ibunya
mengirimkannya untuk disusukan kepada seorang perempuan yang baik dari Bani
Sa’ad. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah beliau dibesarkan hingga berusia lima tahun. Betapa besar
kasih saying Halimah Sa’diyah kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu ia
merasa berkeberatan untuk mengembalikan beliau. Namun akhirnya dengan perasaan
berat hati terpaksa Halimah harus menyerahkan Nabi Muhammad kepada ibu dan
kakeknya.
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun, dia dibawa oleh ibunya
bersama dengan Ummu Aiman, sahaya yang ditinggalkan ayahnya ke Medinah untuk
dikenalkan kepada keluarga neneknya Bani Najr juga untuk berjiarah kemakan
ayahnya disamping itu diperkenalkan atau diperlihatkan pula tempat ayahnya
dirawat tatkala sedang sakit sampai meninggal.
Perjalanan mereka ke Medinah kira-kira memakan waktu selama satu bulan,
baru setelah itu mereka kembali pulang ke Makkah. Akan tetapi ktika sampai
ditengah perjalanan dan suatu tempat yang bernama Abwa sebuah desa yang
terletak antara Medinah dan Juhfa, tiba-tiba Aminah jatuh pingan dan sakit
sampai ia meninggal dan di makamkannya pun ditempat itu juga.
Dapatlah kita bayangkan betapa sedih dan harunya perasaan Nabi Muhammas
saat itu atas kemalangan yang menimpa dirinya dengan kematian ibunya. Karena
baru saja beberapa hari saja ia mendengarkan keluhan dan kesedihan atas
kematian ayahnya, sekarang ibunya meninggal pula dihadapan matanya sendiri.
Sekarang tinggallah dia sebatang kara, menjadi seorang anak yatim piatu.
Setelah selesai pemakaman ibunya, kemudian dia kembali bersama Ummu Aiman
dan kakeknya Abdul Muthalib. Tatkala sampai di makkah, Nabi Muhammad SAW diasuh
dan didik oleh Abdul Muthalib dengan penuh kasih saying. Namun dua tahun
setelah kematian ibunya, Abdul Muthalib pun meninggal dunia.
Dengan meninggalnya Abdul Muthalib ini merupakan kemalangan yang amat
besar terhadap diri Nabi Muhammad SAW tetapi juga bagi seluruh bangsa Makkah,
karena telah kehilangan seorang pemimpin dan pembesar yang cerdas, bijaksana
dan berani. Akan tetapi sebelum Abdul Muthalib meninggal, ia sempat berwasiat
bahwa Muhammad harus diasuh pamanya Abu Thalib, kepala Puak baru dari Bani
Hasyim. Abu Thalib dengan kesungguhan hati merawat dan mendidik Nabi Muhammad,
kasih sayangnya dicurahkan sepenuhnya terhadap Nabi Muhammad sama halnya
seperti apa yang diberikan kepada anak-anaknya sendiri.
NABI MUHAMMAD ANAK YANG BERBAKAT
Tatkala usia Nabi Muhammad SAW mencapai sepuluh tahun, ia selalu diajak
oleh pamannya untuk berdagang yaitu ke Syria. Diriwayatkan ketika
serombongan kafilah pedagang Arab dengan unta-untanya syarat dengan muatan menuju kea rah Selatan Makkah.
Mereka menjual dan menukarkan barang-barang tersebut dipasar-pasar Syria.
Kemudian dalam keadaan sarat dengan barang-barang dagangan, mereka berangkat
pulang kembali.
Ketika sampai dekat kota
Boastra, mereka melewati tempat tinggal seorang pertapa Kristen yang bernama
Rahib Bahira. Kebanyakan anggota kafilah itu sudah sering melewati tempat itu,
tapi Rahib itu tidak menghiraukan mereka. Namun ini mengundang makan rombongan kafilah
tersebut. Rombongan itu kemudian memenuhi undangan tersebut sambil meninggalkan
seorang anggota rombongannya yang termuda untuk menjaga unta dan muatannya.
Akan tetapi Rahib itu kurang berkenan. Ia mengharapkan semua anggota rombongan
itu ikut makan bersama. Setelah semua itu selesai, rahib itu mempunyai/mendapat
firasat ada seseorang yang penting diantara anggota rombongan itu. Ia pernah
menyaksikan segumpal awan dan sebatang pohon yang melindungi diri orang itu
dari terik matahari. Juga rahib itu ingin mengetahui apakah orang itu mempunyai
tanda yang nantinya akan menjadi seorang nabi yag besar.
Atas desakan rahib itu, orang-orang Arab tersebut mau membawa anaknya
yang ditinggalkan bersama unta untuk mengikuti perjamuan itu. Kemudian rahib
itu bertanya kepada paman yang membawanya itu lalu berbicara langsung dengan
anak itu sendiri. Ia memeriksa punggung anak itu dan melihat suatatu tanda
diantara kedua bahunya yang ia akui sebagai ciri dari kenabian.
MUHAMMAD NIKAH DENGAN SITI KHADIJAH
Usia Muhammad semakin bertambah dan meningkat dewasa. Tatkala beliau
menginjak usia 15 Tahun, ia telah mulai berusaha sendiri untuk memenuhi hajat
hidupnya. Berkat asuhan pamannya Abu Thalib sehingga beliau dapat berusaha
sendiri yaitu dengan membawa barang dagangan dari Makkah ke Syria. Berkat ketekunan serta
kejujurannya, ia selalu beroleh hasil yang memuaskan. Akhirnya dengan sifat
kejujurannya dan keberhasilannya itu, Muhammad mendapat tawaran dan kepercayaan
dari seorang janda kaya juga seorang pedagang besar yang bernama Siti Khadijah,
maka tawaran itu diterima oleh Muhammad.
Dengan melihat keberhasilan serta kejujuran Muhammad, sehingga Siti
Khadijah pun merasa tertarik hatinya. Maka pada suatu saat Muhammad sudah
pulang dari perjalanannya, datanglah lamaran dari pihak Siti Khadijah kepada
Abu Thalib menyampaikan kehendak Siti Khadijah yaitu ingin menikah dengan
Muhammad. Abu Thalib pun tidak merasa keberatan dan menerima lamaran itu. Pada
waktu itu Muhammad berusia kurang dari 25 tahun sedangkan Siti Khadijah berusia
kurang lebih 40 tahun.
Perkawinan ini sangatlah mempunyai arti yang sangat berharga sekali bagi
kehidupan Muhammad, terutama sekali untuk menyalurkan bakatnya yaitu dalam
dunia perdagangan. Disamping itu pula perkawinan ini seakan-akan merupakan
penawar bagi Muhammad, kehidupan menjadi tenang dan tentram. Kepada Siti
Khadija lah Muhammad menumpahkan perasaannya pada saat-saat gundah juga ketika
ia merasa ragu terhadap tugasnya sebagai seorang utusan Allah. Muhammad telah
mendapatkan cinta kasih yang tulus dari seorang istri yang senantiasa selalu
siap sedia baik suka maupun duka.
NABI MUHAMMAD DIANGKAT MENJADI RASUL
Sejak lahir hingga dewasa Nabi Muhammad tidaklah pernah terbawa arus oleh
kehidupan orang-orang Makkah lainnya seperti berjudi, menyembah berhala dan
perbuatan lain yang dapat menimbulkan dosa. Akan tetapi semua perbuatan
orang-orang Makkah itu menjadi bahan pemikiran Nabi Muhammad, yaitu ingin
merombak kehidupan Makkah yang saat itu selalu bergelimang dengan dosa dengan
ajaran agama Allah.
Keprihatinan Nabi Muhammad terhadap kesukaran-kesukaran di Makkah pada
saat itu menyebabkan beliau mencari keheningan, bertahannus untuk mendapatkan
pemusatan jiwa yang sempurna. Dilereng sebuah bukit, batu yang gersang terdapat
sebuah gua tempat ia kadang-kadang menyendiri dan bertafakkur. Di gua Hira yang
terdapat sebuah bukit yang bernama Jabal Nur atau Bukit Cahaya yang terletak
kira-kira dua atau tiga mil sebelah utara kota
Makkah. Selama inilah ia mulai memperoleh pengalaman-pengalaman yang tak pernah
dialami dalam hidupnya.
Diceritakan,
pada malam tanggal 17 Ramadhan tatkala Nabi Muhammad sedang bertahannus di gua
Hira, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril membawa wahyu Allah untuk disampaikan
kepada Nabi Muhammad. Saat itu Nabi Muhammad merasa kaget atas kedatangan
malaikat Jibril itu. Kemudian disuruh membaca ayat yang di bawa oleh malaikat
Jibril itu. Akan tetapi dengan tercengang Nabi Muhammad menjawab : Aku tidak
dapat membaca. Demikianlah seterusnya malaikat Jibril memerintahkan kepada Nabi
Muhammad sehingga 3 kali. Akhirnya Nabi Muhammad menirukan ucapan-ucapan malaikat
Jibril.
Setelah mendapat atau menerima kejadian itu kemudian nabi pulang dan
membicarakannya kepada Siti Khadijah tentang apa yang dialaminya itu dalam
keadaan masih diliputi oleh rasa ketakutan dan tubuhnyapun gemetar, sehingga
beliau minta Siti Khadijah untuk diselimuti. Siti Khadijah setelah mendengar
perkataan, maka berkata : “Wahai suamiku, gembirakanlah hatimu, sesungguhnya
Allah tidak akan mengecewakan engkau. Bukankah engkau yang selalu berkata benar
dan selalu menghubungkan silaturahmi. Juga engkaulan yang senantiasa memberikan
pertolongan terhadap anak yatim serta memuliakan tamu”.
Demikianlah Siti Khadijah menentramkan hati suaminya. Dan karena saking
payahnya akibat peristiwa itu serta menerima ucapan jawaban dari Siti Khadijah
itu, maka tidaklah terasa-rasa ngantuk pun tiba sehingga Nabi pun tertidur
pulas. Tatkala Nabi Muhammad sedang tidur, kemudian Siti Khadijah pergi kerumah
saudara sepupunya yaitu Waraqah bin Naufal menceritakan kejadian yang menimpa
suaminya itu.
Setelah Waraqah mendengar cerita dari Khadijah itu, kemudian ia berkata :
“Kudus, kudus demi Tuhan yang jiwa waraqah ditangan-Nya. Kalau engkau
membenarkan aku, ya Khadijah, sesungguhnya telah datang kepada Muhammad
petunjuk yang maha besar, seperti pernah datang kepada Nabi Musa Alaihi Salam.
Sesungguhnya ia akan menjadi nabi bagi
umat kita ini dan katakanlah kepadanya, hendaklah ia tetap tenang”.
Dalam kitab Tarikh diriwayatkan, bahwa setelah Nabi Muhammad tampak segar
kembali dan merasa tenang, maka Khadijah mengajak Nabi untuk segera pergi
menemui Waraqah di rumahnya, dengan maksud untuk menanyakan lebih lanjut secara
langsung kepadanya mengenai peristiwa yang baru saja terjadi pada diri nabi di
gua Hira itu. Setelah Khadijah memperkenalkan nabi kemudian nabi menceritakan
kejadian-kejadian yang baru saja dialaminya itu. Lalu, Waraqah berkata :
“Kudus, kudus, hai Muhammad anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling
besar yang pernah diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Kalau sekiranya aku bisa
menjadi muda dan kuat kembali – semoga aku masih hidup dan bisa melihat,
sewaktu engkau diusir oleh kaummu”.
Sesudah nabi mendengar ucapan Waraqah seperti itu, kemudian bertanya :
“Apakah kaumku akan mengusir aku ?”. Waraqah menjawab : “Ya, semua orang yang
datang membawa seperti apa yang engkau bawa ini, mereka tetap memusuhi. Kalau
saja aku masih sempat melihat engkau dimusuhi, aku akan menolong engkau dengan
sekuat-kuat tenagaku”.
Atas segala
keterangan Waraqah itu, nabi merasa telah mendapatkan keterangan yang jelas
mengenai kejadian yang telah dialaminya itu. Khadijah memegang teguh ucapan
Waraqah itu, dan sesunggunya kejadian itulah yang dinanti-nantikannya selama
ini, ialah berita gembira mengenai pengangkatan suaminya menjadi Rasul oleh
Allah.
RASULULLAH MENYIARKAN AGAMA ISLAM SECARA
SEMBUNYI-SEMBUNYI DAN TERANG-TERANGAN
Berdasarkan pada riwayat sekitar dua setengah tahun setelah Rasulullah
menerima wahyu yang pertama, barulah beliau menerima wahyu yang kedua kalinya,
sewaktu Rasulullah menunggu-nunggu kedatangan wahyu itu kembali telah diliputi
perasaan gelisah dan kuatir kalau-kalau wahyu itu putus, bahkan hamper saja
beliau berputus asa, tetapi ditetapkanlah hatinya dan beliau terus bertahan
seperti biasanya di gua Hira. Tidak berapa lama terdengarlah suara dari langit,
beliau menengadah dan tampaklah malaikat Jibril, sehingga beliau menggigil
ketakutan dan segeralah pulang ke rumah, dan meminta kepada istrinya Khadijah
untuk menyelimutinya.
Setelah turunnya wahyu itu, maka sudah jelaslah bagi Rasulullah mengenai
apa yang harus dikerjakannya dalam menyampaikan wahyu illahi, ialah mengajak
umat manusia taat kepada Allah yang Maha Esa, yang tiada beranak dan tiada pula
diperanakan serta tidak ada sekutu bagin-Nya. Itulah permulaan komando berjuang
menyiarkan agama Allah kepada seluruh umat manusia.
Setelah mendapat wahyu yang kedua mulailah Rasulullah secara
sembunyi-sembunyi menyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan
sahabat-sahabatnya yang terdekat seorang demi seorang, supaya mereka
meninggalkan penyembahan terhadap berhala dan hanya menyebah kepada Allah. Khadijah
istri nabi adalah orang pertama kalinya menyatakan beriman kepada Allah
kemudian disusul oleh putra pertamanya , setelah itu Rasulullah menyeru para
sahabatnya yang sudah lama bergaul segera beriman dan memeluk Islam. Lewat perantara Abu Bakar banyak penduduk
Makkah yang memeluk agama Islam. Sehingga mereka diberi gelar “As Saabiqunul
awwaluun”. Artinya orang-orang yang terdahulu memeluk agama Islam.
Selama tiga tahun Rasulullah melakukan dakwah Islamiyah secara
sembunyi-sembunyi, mengajak seorang-demi seorang secara diam-diam dari satu
rumah ke rumah lain.
Dakwah yang pertama kali bersifat terbuka (umum) ini ditujukan kepada
kerabatnya sendiri, kemudian kepada penduduk Makkah kemudian dakwah ditujukan
kepada kabilah-kabilah Arab yang datang dari berbagai daerah ke Makkah. Pada
pertama kalinya mereka menganggap gerakan Nabi Muhammad ialah suatu gerakan
yang tidak mempunyai dasar dan hanya sebentar saja. Tetapi gerakan nabi
Muhammad makin lama makin meluas dan pengikutnya bertambah jumahnya. Nabipun
makin tegas dan berani mengecam agam berhala yang dianut oleh kaumnya dan
mencela sembahan mereka serta membodohkan nenek moyang mereka.
REAKSI ORANG QURAISY TERHADAP GERAKAN ISLAM
Sewaktu orang-orang Quraisy menyaksikan gerakan bahwa nenek moyang mereka
iti dibodoh-bodohi dan penyembahannya dihinakan, bakin amarah mereka mereka
mulai menyiksa terlebih-lebih orang
miskin yang mengikuti Rasulullah. Terhadap rasulullah orang-orang Quraisy ini
tidak berani karena nabi memang masih mendapat perlindungan pamannya Abu Thalib
dan Nabi masih keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan martabat yang
tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy.
Pada suatu hari datanglah beberapa pemuda Quraisy menemui Abu Thalib dan
meminta kepadanya supaya dia menghentikan segala kegiatan Nabi Muhammad yang
menyebarkan ajaran Islam dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek
moyang mereka. Tuntutan orang Quraisy itu ditolak oleh Abu Thalib secara
baik-baik. Timbullah rasa kekhawatiran akan terjadi perpecahan dan permusuhan
antar kaumnya namun tidak samapi hati Abu Thalib melarang kegiatan Muhammad.
Kemudian Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad maka jagalah diriku dan
dirimu, janganlah aku dibebani dengan sesuatu perkara di luar kesanggupanku”.
Nabi Muhammad mengira pamannya tidak mau lagi melindunginya Nabi Muhammad
berucap dengan tegas : “Demi Allah wahai paman!, sekiranya mereka letakkan
Matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku dengan maksud agar aku
tinggalkan pekerjaan ini (menyeru kepada Allah, sehingga ia tersiar di muka
bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan
pekerjaan ini. Berkata pamannya : “Pergilah dan katakanlah apa yang kamu
kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasanpun
buat selama-lamanya”.
Ada
beberapa sebab yang membangkitkan orang Quraisy berani menentang Islam dan kaum
Muslimin, antara lain yaitu :
1.
Persaingan berebut kekuasaan
2.
Ajaran persamaan hak dan derajat yang di bawa oleh
Islam
3.
Taklid kepada nenek moyang
RASULULLAH BESERTA PENGIKUTNYA HIJRAH KE ETHIOPIA
Pada akhirnya Nabi Muhammad tidak tahan menyaksikan penderitaan
sahabatnya, kemudian menganjurkan supaya mereka hijrah ke Habsyah (Ethiopia)
karena Nabi mengetahui kalau raja Habsyah itu adil. Peristiwa itu terjadi pada
tahun kelima sesudah Nabi Muhammad menjadi Rasul.
PEMBOIKOTAN ORANG QURAISY KEPADA BANI
HASYIM DAN BANI MUTHALIB
Setelah orang Quraisy menyaksikan segala usaha yang mereka lakukan gagal,
maka mereka selalu mencari taktik baru untuk melumpuhkan kekuatan Islam itu
mereka melakukan pemboikotan dengan cara memutuskan segala perhubungan seperti
perkawinan, jual beli, ziarah menziarahi dan lain-lain.
NABI MUHAMMAD MENGALAMI DUKACITA
Rasulullah masih merasakan penderitaan akibat pemboikotan itu dating lagi
musibah yang amat besar yaitu paman beliau Abu Thalib meninggal dunia dalam
usia 87 tahun dan tidak berapa lama istrinya Siti Khadijah pun meninggalkannya
untuk selama-lamanya. Kedua macam musibah itu terjadi pada tahun kesepuluh masa
kerasulan. Tahun ini dalam sejarah disebut “Aamul Huzni” yang berarti tahun
kesedihan.
SEJAK KECIL KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD
SANGAT TERPUJI
Sejak kecil hingga dewasanya kepribadian Nabi Muhammad sangatlah trpuji
karena sangat jujur dalam perkataan dan perbuatannya Nabi Muhammad diberi gelar
“Al Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya. Sifat yang terkenal dari nabi
Muhammad adalah ramah tamah dan kasih sayang.
NABI MUHAMMAD SIDAH MANDIRI SEJAK USIA SEPULUH
TAHUN
Sejak berusia sepuluh tahun Nabi Muhammad sudah bekerja sebagai
pengembala kambing kepunyaan penduduk kota
Makkah dengan tujuan untuk mencari nafkah sendiri. Wajah Muhammad emang sangat
tampan dan menarik serta selalu tersenyum.Barang siapa saja yang mengenalnya
akan tertarik dan menyayanginya.
NABI MUHAMMAD PEMIMPIN MUDA YANG AKTIF
DALAM KEGIATAN SOSIAL
Pada masa remajanya Nabi Muhammad pernah membuat suatu perkumpulan
bergerak dibidang sosial yang diberi nama “Hilful Fudhul” maksud perkumpulan
ini adalah untuk melindungi orang-orang agar jangan teraniaya dengan orang
jahat. Penduduk Mekah merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Nabi Muhammad
dan kawan-kawannya.
PEMUDA MUHAMMAD MELAKUKAN PEMUSATAN JIWA
UNTUK MEMPERBAIKI AKHLAK BANGSANYA
Untuk bertahannus ini dipilihlah sebuah gua kecil yang bernama “Hira”
terdapat pada sebuah bukit yang bernama “Jabal Nur”. Nabi Muhammad yang baru
berusia 25 tahun tapi namanya sudah terkenal dimana-mana. Muhammad sering kali
dijadikan tempat bertanya karena kecerdasan pikirannya, kehalusan perasaannya,
kekuatan ingatannya dan Muhammad sendiri senang memberi bantuan kepada orang
lain yang memerlukannya.
PERTEMUANB MUHAMMAD DENGAN SITI KHADIJAH
ISTRI PERTAMANYA
Nabi Muhammad mendapat undangan dari seorang janda kaya yang bernama Siti
Khadijah. Dan setelah Muhammad
menjumpainya Siti Khadijah terpesona Nabi Muhammad mendapat kepercayaan dari
Siti Khadijah untuk menjualkan barangnya ke Palestina. Karena kejujuran dan
kesucian hatinya akhirinya Siti Khadijah berniat melamar Muhammad untuk
dijadikan sebagai pendamping hidupnya.
NABI MUHAMMAD TAK PERNAH MEMENTINGKAN DIRI
SENDIRI
Walau nabi Muhammad telah menjadi kaya raya setelah menikah dengan Siti
Khadijah ia tidak pernah sombong ataupun pelit selalu memberi pertolongan
kepada siapa saja yang membutuhkan. Karena kemurahan hatinya itu penduduk Mekah
banyak yang tertarik untuk berdagang dan Nabi selalu memberi petunjuk bagaimana
cara memajukan perdagangan.
NABI MUHAMMAD MEMBEBASKAN PARA
BUDAK
Nabi Muhammad sangat membenci perbudakan. Setelah menikah dengan Siti
Khadijah, dan memperoleh beberapa budak lalu oleh Muhammad semua budak itu
dibebaskannya dan diperbolehkan pergi kemana saja yang mereka inginkan.
MASJIDIL HARAM DAN MASJIDIL AQSHA
Dari surat
Al Israa Allah menjelaskan bahwa Allah menjalankan hambanya Muhammad pada waktu
malam dari Masjidil Haram (Mekah) ke masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di
Palestina. Keduanya tersebut ditempuh hanya dalam satu malam, hal itu semua
karena sudah menjadi kehendak Allah. Mekkah atau Makkah itu artinya suci. Sejak
dulu sampai sekarang kota
Mekah terkenal sebagai tempat suci tempat beribadah.
PERBAIKAN MASJIDIL HARAM
Masjidil Haram pernah mengalami kerusakan diakibatkan oleh hujan besar
pada zaman khalifah Umar Bin Khatab pada tahun 17 H. pada hari Sabtu 28 Syawal
802 H terjadi kebakaran di dalam Masjidil Haram, sehingga banyak tiang-tiang
dan ukiran bernilai tinggi musnah terbakar.
Kerusakan itu diperbaiki oleh Sultan Farij bin Barqun dan dilanjutkan
oleh anaknya Sultan Murad III hingga selesai.
PERBAIKAN DAN PERLUASAN MASJIDIL HARAM OLEH
KERAJAAN ARAB SAUDI
Berkat kekayaan minyaknya yang melimpah kerajaan Arab Saudi mampu
membangun negerinya disegala bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial demi
kemakmuran rakyatnya termasuk pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
MASJIDIL AQSHA
Masjidil Aqsha yang berada di Paletina itu merupakan tempat besejarah
bagi seluruh umat Islam. Yakni hendak diperjalankannya Nabi Muhammad oleh Allah
menembus tujuh lapis langit. Sejak dahulu hingga sekarang pada setiap tanggal
27 Rajab peristiwa itu selalu diperingati oleh umat Islam dalam peristiwa Isra
Miraj, masjidil Aqsha itu tempat persinggahan Nabi Muhammad. Masjidil Aqsha
yang kita lihat sekarang bukanlah Masjidil Aqsha yang dahulu masih berupa
lapangan luas dan berbentuk persegi empat di atas bukit Zion. Dibagian tengah lapangan luas itu
terdapat bagian lapangan yang berbentuk persegi empat yang lebih tingi letaknya
didataran sekelilingnya dan itulah bekas reruntuhan Allah yang dibangun oleh
Nabi Sulaiman dan kemudian dibangun kembali oleh Herod The Great (37 sebelum
Masehai), yang terkenal megah dan agung.
Begitu pula pada masa itu Masjidil Haram pun masih merupakan lapangan
terbuka disekeliling Ka’bah dan disana ada beberapa rumah pembesar Quraisy. Di
lapangan itupun terdapat 300 patung sembahan orang kafir Quraisy sedang
disebelah kanan kiri telaga Zam-Zam pun berdiri patung berhala Dewi Nailat dan
Dewa Isaf. Bahkan di ruangan dalam
Ka’bah terdapat patung besar yang diberi nama “Hubal” yang dibuat dari emas.
Merupakan penyebahan pendeta-pendeta besar.
Pada tahun 628M kota
Mekah baru bisa dikuasai oleh kaum muslimin, dan pada saat itupula Nabi
Muhammad sendiri yang memukul patung Hubal itu dan segeralah penghancuran
bear-besaran patung-patung disekitar Ka’bah. Terjadilah pula perubahan besar
dikota Mekah setelah kaum muslimin memperoleh kemenangan, sehingga banyaklah
penduduk Mekah yang memeluk Islam.
WAFAT RASULULLAH SAW
Rasulullah SAW wafat pada usia 63 tahun, beliau wafat pada hari Senin
tanggal 12 bulan Rabi’al-Awwal setelah
menderita sakit selama empat hari.
NABI MUHAMMAD MELIHAT SURGA DAN NERAKA
Di sorga Rasulullah melihat beberapa istana yang terbuat dari mutiara,
intan merah, dan intan permata hijau, serta dari pohon emas merah. Beliaupun
melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya dan didengarnya serta belum pernah
terlintas dalam hati beliau dan segalanya itu sengaja disediakan untuk golongan
kekasih Allah.
Semua yang dilihat Nabi Muhammad itu membesarkan hati beliau lalu beliau
berkata : “Untuk mendapatkan ini hendaknya orang-orang yang mau berbuat baik”.
Setelah itu diperlihatkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad keadaan di neraka.
Nabi melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya, kata Sayyidina Ali : “Aku
bersama Fatimah pernah menjumpai Nabi Muhammad sedang menangis. Aku bertanya :
“Ayah ibuku jadi tembuanmu, ya Rasulullah !”. Apakah yang membuatmu begitu
menangis ?”. Jawab Rasulullah : “Hai Ali pada waktu malam aku diperjalankan oleh
Allah ke langit, aku menyaksikan perempuan-perempuan dari umatku yang disiksa
di neraka. Aku melihat kedahsyatan siksaan kepada mereka. Aku melihat perempuan
yang digantung dengan rambutnya, sedangkan otaknya mendidih. Aku melihat pula
perempuan yang digantung dengan lidahnya dan air panas dituangkan kedalam
mulutnya. Aku melihat pula perempuan yang kedua kakinya diikat sampai
payudaranya dan kedua tangannya diikat sampai kedahinya, dan mereka didatangi
ulat-ulat dan kala-kala yang akan menyiksanya. Aku melihat pula ada perempuan yang
berkepala babi dan berbadan himar yang disiksa terus menerus. Aku melihat pula
perempuan yang berbentuk anjing, sedangkan api masuk melalui mulutnya melewati
duburnya, dan kepalanya dipukul dengan palu dari neraka.
Kemudian Siti Fatimah berdiri dan bertanya : “Wahai kekasih dari cahaya
matakul, apakah sebabnya sehingga mereka disiksa ?“. Jawab Rasulullah : “Wahai putriku !
Perumpamaan perempuan yang digantung dengan rambutnya itu ialah karena ia tidak
menutupi rambutnya dari laki-laki lain. Yang digantung dengan lidahnya ialah
karena telah menyakiti suaminya. Perempuan yang digantung dengan payudaranya
itu ialah karena telah bersetubuh dengan orang lain. Wahai Putriku ! Neraka
Wail bagi Istri yang durhaka kepada suaminya.